Thursday, September 18, 2025

10:52 PM

Terowongan Bawah Tanah Warisan Perang Suriah di Aleppo


Kisah kepulangan warga Suriah ke rumah mereka pascaperang kerap menghadirkan kejutan yang tak terduga. Di pedesaan Aleppo, seorang pemilik rumah terperangah ketika mendapati bahwa kediamannya telah dijadikan markas milisi dan di bawahnya terhampar jaringan terowongan luas yang digali sebagai tempat persembunyian.

Fenomena rumah yang dijadikan basis militer bukanlah hal asing dalam perang Suriah. Banyak kelompok bersenjata, termasuk SDF/YPG, memanfaatkan permukiman warga sebagai titik strategis. Tak jarang, ruang bawah tanah diubah menjadi gudang senjata, pusat komando, hingga jalur penyelundupan.

Kementerian Pertahanan Turki baru-baru ini menyatakan telah menetralkan sekitar 605 kilometer jaringan terowongan di Aleppo. Dari jumlah itu, 240 kilometer berada di sekitar Tell Rifaat dan 365 kilometer di Manbij. Panjangnya jaringan ini menunjukkan betapa sistematisnya strategi bawah tanah yang digunakan milisi.

Bagi pemilik rumah yang baru kembali, penemuan semacam ini menghadirkan dilema. Di satu sisi, mereka merasa lega karena bisa kembali menempati tanah leluhur. Namun di sisi lain, keberadaan terowongan raksasa itu menimbulkan rasa khawatir akan keamanan.

Sebagian pemilik rumah memilih menutup terowongan dengan cepat. Mereka khawatir lubang tersebut masih menyimpan ancaman, baik berupa jebakan bahan peledak maupun potensi dimanfaatkan kembali oleh kelompok bersenjata yang berkeliaran.

Namun ada juga yang melihat peluang dari keberadaan ruang bawah tanah itu. Di beberapa wilayah, warga mencoba memanfaatkannya sebagai gudang penyimpanan barang, ruang pendingin alami, atau bahkan sebagai ruang kerja. Kreativitas muncul dari keterpaksaan pascaperang.

Seorang seniman lokal yang kembali ke rumahnya di pedesaan Aleppo mengaku kaget melihat panjangnya jaringan terowongan di bawah lantai rumah. Ia menyebutnya sebagai “labirin bawah tanah” yang menyimpan kisah perang sekaligus potensi untuk ditata ulang.

Sebagian warga mempertimbangkan menjadikan terowongan sebagai bagian dari upaya dokumentasi sejarah. Mereka ingin menunjukkan kepada generasi mendatang bagaimana perang mengubah lanskap rumah tangga menjadi arena militer. Dengan cara ini, ruang itu diperlakukan sebagai saksi bisu, bukan sekadar beban.

Meski begitu, pemanfaatan terowongan tetap membutuhkan perhatian serius. Banyak jaringan bawah tanah yang tidak stabil dan berisiko runtuh. Pemerintah lokal bersama lembaga teknis perlu turun tangan untuk menilai kelayakan penggunaannya.

Di beberapa desa, ada gagasan menjadikan terowongan sebagai jalur evakuasi darurat. Warga menilai pengalaman perang menunjukkan pentingnya ruang aman di bawah tanah bila konflik kembali pecah. Dengan perbaikan struktural, hal itu mungkin diwujudkan.

Tetapi mayoritas warga lebih memilih menutup rapat terowongan. Mereka merasa trauma setiap kali mengingat bahwa ruang itu dulunya digunakan milisi untuk bersembunyi atau melancarkan serangan. Menutupnya dianggap sebagai cara membersihkan rumah dari bayangan perang.

Sebagian rumah bahkan terpaksa dibongkar sebagian karena fondasinya terganggu oleh penggalian milisi. Pemiliknya harus membangun ulang dengan biaya besar, menambah penderitaan setelah bertahun-tahun terusir.

Ada pula warga yang memanfaatkan material dari terowongan untuk keperluan rumah tangga. Batu dan tanah yang digali bisa dijadikan bahan bangunan sederhana, meski jumlahnya tidak sebanding dengan kerusakan yang terjadi.

Di tingkat komunitas, penemuan jaringan terowongan sering menjadi bahan diskusi panjang. Apakah ruang itu sebaiknya dibiarkan sebagai bukti sejarah, dimanfaatkan secara praktis, atau ditutup sepenuhnya demi keselamatan? Jawabannya berbeda-beda tergantung pandangan masing-masing keluarga.

Dalam beberapa kasus, pihak berwenang justru mengambil alih terowongan untuk diperiksa. Mereka khawatir jalur itu masih bisa menghubungkan kelompok milisi yang bersembunyi di pedalaman. Proses ini biasanya memakan waktu sebelum pemilik rumah bisa benar-benar menempati kembali rumahnya.

Fakta bahwa milisi menggali ratusan kilometer terowongan menunjukkan betapa dalamnya dampak perang terhadap kehidupan sipil. Rumah, yang semestinya menjadi ruang privat, berubah menjadi bagian dari mesin perang yang kompleks.

Kepulangan warga ke rumah yang menyimpan rahasia bawah tanah menjadi cerita kontras antara harapan baru dan warisan perang. Di satu sisi ada semangat membangun kembali, di sisi lain ada trauma yang masih tersisa.

Sebagian warga menilai terowongan itu bisa dijadikan pelajaran tentang daya tahan dan kreativitas manusia. Namun, tidak sedikit yang melihatnya sebagai luka lama yang sebaiknya dikubur bersama reruntuhan perang.

Kisah rumah dengan terowongan di Aleppo menjadi simbol ambivalensi pascaperang Suriah. Ia memperlihatkan bahwa perdamaian tidak hanya soal menghentikan tembakan, tetapi juga bagaimana warga menghadapi warisan infrastruktur perang di ruang paling intim mereka.

Dengan berbagai pilihan sikap terhadap terowongan itu, yang jelas satu hal: bagi pemilik rumah, ruang bawah tanah tersebut adalah pengingat nyata bahwa perang pernah hadir begitu dekat, hingga ke fondasi rumah dan kehidupan keluarga mereka.

Wednesday, December 7, 2022

9:49 AM

Ukraina Bangkitkan Kembali 68 Tu-141 dari Museum untuk Menyerang Rusia

Terkait kejadian ini, Kementerian Pertahanan Ukraina pernah mengumumkan bakal menghidupkan kembali 68 pesawat militer tua dari berbagai jenis.

Termasuk drone Tu-141 era Soviet.

Senjata tua itu akan digunakan untuk mendukung perang di Donbass.

Selain itu drone tersebut juga dilengkapi kemampuan pengintaian Ukraina.


Diketahui, Tu-141 tidak seperti drone modern Predator atau Reaper milik AS yang dapat mengorbit dalam waktu lama sambil memindai sensor berteknologi tinggi.

Tu-141 juga aslinya tidak memiliki kemampuan membunuh.

Drone tersebut memiliki sayap delta sepanjang 47 kaki ayang dilengkapi dengan pengintai.

Dengan turbojet KR-17A yang kuat, ia melesat di atas target pada ketinggian hampir 20.000 kaki.

Saturday, December 3, 2022

8:23 PM

Seharusnya Seragam Dinas Pegawai Lembaga Antariksa LAPAN Mirip Astronaut Sekali Seminggu

Seragam bisa memberi semangat kepada pegawai untuk selalu ingat dengan tupoksinya.

Untuk itulah baju dinas selalu berbeda di setiap instansi. Tapi apakah pegawai di lembaga antariksa LAPAN sudah mencerminkan misi mereka untuk eksplorasi antariksa.


Untuk semakin memupuk semangat, sebaiknya pegawai LAPAN menggunakan dinas astronaut sekali seminggu untuk menciptakan nuansa riset antariksa.


Pengenaan baju dinas astronoaut bisa dimulai dari bagian humas sekali seminggu dan setiap konferensi pers.


Ini akan berdampak positif kepada lingkungan. Pengenaan dinas astonaut juga bisa diwajibkan kepada mahasiswa aeeonautikan di ITB dan universitas lainnya.

Friday, November 18, 2022

8:08 PM

AS Mulai Misi ke Bulan Kembali Setelah Teknologi Antariksa Tiongkok Sudah Matang

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (AS), NASA bersiap meluncurkan roket Artemis 1 pada Rabu (16/11) waktu setempat. Peluncuran ini merupakan bagian dari misi mendaratkan lagi manusia ke Bulan usai absen 50 tahun.


Apa alasan tak ada lagi misi ke Bulan selama 50 tahun tersebut? Melansir situs Royal Greenwich Museum, alasan utamanya adalah uang. Misi ke Bulan bisa memakan biaya yang sangat tinggi.

Inisiatif untuk pergi ke Bulan pertama kali dicetuskan Presiden AS, John F. Kennedy pada 1962 di Rice Stadium, Houston. Kala itu, Kennedy bertekad menuntaskan misi ke Bulan pada dekade 60an.

Friday, May 28, 2021

5:52 PM

Bagaimana Jika Indonesia dan Palestina Bentuk Korporasi Antariksa?

Memang akan aneh jika Palestina dan Indonesia membentuk perusahaan startup di bidang antariksa.

Namun jika dirunut dalam beberapa tahun terkahir, ilmuwan Gaza, Palestina juga terlibat dalam misi Mars NASA AS.

Bahkan beberapa dekade lalu juga begitu saat ilmuwan Israel dan Palestina berada dalam tim yang sama di NASA.

Kemampuan ilmuwan Palestina di bidang antariksa sudah mulai diakui dunia. Buktinya beberapa tahun lalu Uni Emirat Arab melakukan rekrutmen besar-besaran talenta Arab yang bisa kembangkan industri antariksa UAE dari A sampai Z. Hasilnya yang paling banyak mendaftar dan punya kualifikasi justru dari Palestina.

Nah melihat dari antusiasme rakyat Indonesia membantu Palestina usai dibantai Israel pada akhir Ramadhan 2021, sejumlah Youtuber, pesohor berhasil galang dana yang tidak kecil untuk bantu Palestina.

Nah, bagaimana kalau para Youtuber itu mengajak kolaborasi ilmuwan Palestina bentuk startup Indonesia-Palestina di bidang antariksa.

Proses produksi nya menjadi konten Youtube yang mendidik. Tentunya hal ini akan baik dilakukan untuk Youtuber yang sudah punya minimal sejuta subscriber. Akan menjadi ide yang menarik.

(Gambar hanya ilustrasi)

Saturday, August 8, 2020

3:04 AM

Russia Plans New Manned Space Shuttle Based on Old Soviet ‘Buran’ to Replace Soyuz Craft


Russia’s space agency, Roscosmos, is looking to develop new options for human spaceflight, according to its head Dmitry Rogozin. It wants to replace the current Soyuz MS with a winged space shuttle, similar to the 1980s Buran.

The Buran (‘blizzard’ in Russian) was similar in design to the US space shuttle. It made one orbital flight in 1988, but the program stalled when the Soviet Union collapsed, and funding dried up. The world's largest plane, the giant Antonov An-225 Mriya, was initially designed to transport it.

Roscosmos is already working on a state of the art spacecraft, named Oryol, for flights to the moon – but the high cost means a cheaper option needs to be developed for servicing orbital stations.

About

Nias Bakal Menjadi Salah Satu Pilihan Peluncuran Roket Pembawa Satelit Lapan Lanjut

More

Recent